Antara Supply, Demand, dan Kebijakan
Bicara mengenai industri dan bisnis sepeda motor Indonesia di akhir
tahun 2010. Tentunya, diimplementasikan dengan sikap dan evaluasi tiap ATPM,
menuju progres pencapaian sesuai target penjualan. Adagium antara supply,
demand, dan kebijakan, sudah jelas dihinggapi dengan berbagai asumsi pro
dan kontra yang disikapi oleh tiap pabrikan motor.
Prediksi mengenai progress kedepan, hasilnya akan jadi seperti apa?
Tentu, akan menjadi pekerjaan rumah bagi tiap pabrikan roda dua. Lantas,
bagaimana pula dengan asumsi tiap pabrikan menyikapi kebijakan pemerintah dalam
membatasi BBM bersubsidi, yang dipukul dengan isue kenaikan BBM. Pastinya, sikap itu diasumsikan dengan cara “two step flow”. Dimana, pabrikan tidak
merasa terpengaruh dalam menyikapi hal tersebut. Well, berbuntut strategi dagang dan mengklik trigger terhadap demand.
Bisa dikatakan, hal itu bukanlah persoalan yang begitu pelik.
Mengutip pernyataan dari Arman G. Imanto, selaku Motorcycle Sales dan
Marketing Division Head PT. Daya Adira Mustika (DAM), Main dealer sepeda motor
Honda Jabar. “unit motor yang kami pasarkan tentunya kembali lagi kepada demand konsumen sendiri. Sebab pelayanan
dan kepuasan konsumen adalah tujuan Honda sepenuhnya”. Oleh karenanya, Supply dan demand sudah pasti ditentukan oleh konsumen. Dalam hal ini,
kebijakan yang akan diimplementasikan pemerintah dalam membatasi BBM pun,
dirasa tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi tiap pabrikan motor ke
depan. Alhasil, pabrikan pun tinggal cerdik menganalisis dan bertarung untuk
meraup pasar sebanyak-banyaknya.
Hal itu pun diamini oleh Indra Tjahjadi, selaku Sales Area Manager PT.
Sanggar Mas Jaya (SMJ), Main Dealer sepeda motor Suzuki Jawa Barat. “Pembatasan
BBM bersubsidi ini, secara langsung tak akan mengubah hambatan terhadap
pengurangan unit. Malahan makin bertambah banyak unit, yang memiliki teknologi
lebih efisien dan irit”.
Menyikapi permasalahan pembatasan BBM bersubsidi (Premium) yang
dilakukan pemerintah. Pihak Yamaha pun mengatakan hal yang sama. “Secara riset,
kita akui kok. Bahwa penggunaan bahan bakar berkadar oktan yang lebih tinggi
(Pertamax), akan menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna. Alhasil pasokan
bensin akan lebih irit dan efisien. Oleh karenanya, tiap ATPM motor kemungkinan
diprediksi akan beramai-ramai memproduksi motor berteknologi Injeksi”, ungkap
Yurry Pribadi selaku Promotion PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) Area
Jabar.
Dengan entitas yang telah
dicelotehkan oleh setiap pabrikan. Tentunya, bisa digaris bawahi secara
seksama. Bahwa, dalam hal ini. Sikap pabrikan tentunya tidak merasa getir, atau
pun khawatir sama sekali terhadap kondisi dan perkembangan yang mempengaruhi
perputaran roda industri secara daerah maupun nasional.
Impactnya, dengan pelbagai
persoalan yang dihadapi pemerintah daerah dalam menyikapi carut marutnya
kehidupan kota. Dimulai dari sarana dan prasarana yang tidak memadai, ditambah
juga dengan pertumbuhan industri roda dua yang semakin memanas. Belum lagi,
didorong target pertumbuhan perekonomian yang diharapkan mampu mengangkat roda
industri daerah maupun nasional. Tentunya secara dilematis, persoalan seperti
ini tak akan menjadi penghalang sekaligus penghambat development yang digelontorkan pihak industri roda dua.
Alih-alih dalam menanggapi isu dan kebijakan. Secara jelas, pabrikan
pun bersikap lebih apresiatif. dengan menekankan pada perubahan dan inovasi.
Tentunya dengan cara, mengadopsi unit motor yang mengusung teknologi canggih, eco friendly, dan tentunya praktis.
Written by Ramdan Kurniawan
Kembali ke Berita Lain..
Written by Ramdan Kurniawan
Kembali ke Berita Lain..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar