Rabu, 19 Januari 2011

REVIEW AKHIR TAHUN 2010

Antara Supply, Demand, dan Kebijakan

Bicara mengenai industri dan bisnis sepeda motor Indonesia di akhir tahun 2010. Tentunya, diimplementasikan dengan sikap dan evaluasi tiap ATPM, menuju progres pencapaian sesuai target penjualan. Adagium antara supply, demand, dan kebijakan, sudah jelas dihinggapi dengan berbagai asumsi pro dan kontra yang disikapi oleh tiap pabrikan motor.

Prediksi mengenai progress kedepan, hasilnya akan jadi seperti apa? Tentu, akan menjadi pekerjaan rumah bagi tiap pabrikan roda dua. Lantas, bagaimana pula dengan asumsi tiap pabrikan menyikapi kebijakan pemerintah dalam membatasi BBM bersubsidi, yang dipukul dengan isue kenaikan BBM. Pastinya, sikap itu diasumsikan dengan cara “two step flow”. Dimana, pabrikan tidak merasa terpengaruh dalam menyikapi hal tersebut. Well, berbuntut strategi dagang dan mengklik trigger terhadap demand. Bisa dikatakan, hal itu bukanlah persoalan yang begitu pelik.


Mengutip pernyataan dari Arman G. Imanto, selaku Motorcycle Sales dan Marketing Division Head PT. Daya Adira Mustika (DAM), Main dealer sepeda motor Honda Jabar. “unit motor yang kami pasarkan tentunya kembali lagi kepada demand konsumen sendiri. Sebab pelayanan dan kepuasan konsumen adalah tujuan Honda sepenuhnya”. Oleh karenanya, Supply dan demand sudah pasti ditentukan oleh konsumen. Dalam hal ini, kebijakan yang akan diimplementasikan pemerintah dalam membatasi BBM pun, dirasa tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi tiap pabrikan motor ke depan. Alhasil, pabrikan pun tinggal cerdik menganalisis dan bertarung untuk meraup pasar sebanyak-banyaknya.

Hal itu pun diamini oleh Indra Tjahjadi, selaku Sales Area Manager PT. Sanggar Mas Jaya (SMJ), Main Dealer sepeda motor Suzuki Jawa Barat. “Pembatasan BBM bersubsidi ini, secara langsung tak akan mengubah hambatan terhadap pengurangan unit. Malahan makin bertambah banyak unit, yang memiliki teknologi lebih efisien dan irit”.

Menyikapi permasalahan pembatasan BBM bersubsidi (Premium) yang dilakukan pemerintah. Pihak Yamaha pun mengatakan hal yang sama. “Secara riset, kita akui kok. Bahwa penggunaan bahan bakar berkadar oktan yang lebih tinggi (Pertamax), akan menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna. Alhasil pasokan bensin akan lebih irit dan efisien. Oleh karenanya, tiap ATPM motor kemungkinan diprediksi akan beramai-ramai memproduksi motor berteknologi Injeksi”, ungkap Yurry Pribadi selaku Promotion PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) Area Jabar.

Dengan entitas yang telah dicelotehkan oleh setiap pabrikan. Tentunya, bisa digaris bawahi secara seksama. Bahwa, dalam hal ini. Sikap pabrikan tentunya tidak merasa getir, atau pun khawatir sama sekali terhadap kondisi dan perkembangan yang mempengaruhi perputaran roda industri secara daerah maupun nasional.

Impactnya, dengan pelbagai persoalan yang dihadapi pemerintah daerah dalam menyikapi carut marutnya kehidupan kota. Dimulai dari sarana dan prasarana yang tidak memadai, ditambah juga dengan pertumbuhan industri roda dua yang semakin memanas. Belum lagi, didorong target pertumbuhan perekonomian yang diharapkan mampu mengangkat roda industri daerah maupun nasional. Tentunya secara dilematis, persoalan seperti ini tak akan menjadi penghalang sekaligus penghambat development yang digelontorkan pihak industri roda dua.

Alih-alih dalam menanggapi isu dan kebijakan. Secara jelas, pabrikan pun bersikap lebih apresiatif. dengan menekankan pada perubahan dan inovasi. Tentunya dengan cara, mengadopsi unit motor yang mengusung teknologi canggih, eco friendly, dan tentunya praktis.

Written by Ramdan Kurniawan 

Kembali ke Berita Lain..

Tidak ada komentar: