TEKNOLOGI
INJEKSI VS “LACK OF KNOWLEDGE”
Perkembangan teknologi yang sudah banyak diterapkan
pada industri roda dua. Sudah jelas, merupakan kebutuhan yang perlu dipahami
oleh costumers ataupun masyarakat
luas. Hal ini, bukan hanya dimaksudkan sebagai ragam keunggulan dan kelebihan yang
diusung oleh tiap pabrikan dalam menelurkan serta memasarkan produk barunya
saja. Melainkan, ditunjang juga dengan kesadaran akan kondisi alam yang dirasa semakin
memburuk.
Dengan dalih “brand
switching” yang dikampanyekan oleh tiap pabrikan dalam mengkomparasikan
produk kompetitornya, tentu saja persoalan itu bisa dikatakan bukan hanya
sekedar strategi dagang dan penjualan saja. Melainkan, bisa dipetik sebagai
bentuk edukasi dan useful informed bagi bikes sendiri.
Beberapa info yang didapat bikes pun, mampu menambah
proporsi wawasan dan nilai plus tersendiri. Hasilnya, “lack of knowledge” terhadap inovasi dan teknologi yang diterapkan
tiap pabrikan, yang mampu memberikan kontribusi secara tidak langsung bagi pemahaman
kehidupan bikes di masa mendatang.
Nah, bicara mengenai teknologi injeksi (Fuel Injection), yang diterapkan pada
evolusi si kuda besi. Tentunya, bisa menjadi gambaran dan wawasan bagi bikes
yang belum begitu kenal dan mengetahuinya dengan jelas.
Engine sebagai
sumber penggerak sepeda motor, tentunya perlu sumber energi untuk
menjalankannya. Nah, sumbernya adalah bensin yang dibakar. Alih-alih,
Pembakaran yang terjadi pun akan menghasilkan energi gerak. Pertanyaannya, apa
yang menyuplai bensin ke dalam mesin? Jika bikes mengerti cara kerja mesin motor,
pastilah jawabannya adalah karburator. Jika dirunut kembali, karburator adalah
alat yang digunakan pada mesin motor, yang berfungsi mencampur antara bensin
dan udara. Dengan proporsi tertentu agar terjadi pengkabutan sebelum
dimasukkkan ke ruang bakar.
Tentu saja, proporsi campuran
bensin dan udara sangat krusial dalam efisiensi kinerja mesin. Hingga sekarang
karburator masih banyak digunakan, terutama pada mesin motor. Dengan penerapan
teknologi injeksi (Fuel Injection)
terbaru pada kinerja mesin motor, sekaligus pengganti karburator. ATPM pertama
yang menawarkan teknologi Fuel Injection ini adalah pabrikan berlambang sayap
tunggal Honda.
“Sekitar tahun 2004, honda
mengeluarkan motor pertama teknologi injeksi. Melalui varian Supra X 125
PGM-FI(Progammed Fuel Injection) yang
tak lain menjadikan Honda sebagai pionir dalam penggunaan teknologi injeksi”,
jelas Arman G. Imanto, selaku Motorcycle Sales dan Marketing Division Head PT.
Daya Adira Mustika (DAM), Main dealer sepeda motor Honda Jabar.
Selang beberapa bulan Honda
menelurkan produk berteknologi injeksi. Tak ayal, merek lain pun mulai
mengeluarkan model injeksinya. Seperti, Suzuki dengan Shogun 125 FI dan Yamaha
dengan motor bercirikhaskan sport Vixion. Lain halnya dinegara maju. Hampir bisa
dipastikan, semua motornya menggunakan sistem injeksi. Sebab, selain lebih
efisien. Di negara tersebut telah diberlakukan peraturan tentang standar gas
buang (euro 1,2,3) yang jauh lebih ketat daripada di Indonesia.
Namun secara nasional. Penjualan
unit motor berteknologi injeksi ini, masih memiliki banyak kendala.
Diantaranya, dengan keterbatasan pemahaman konsumen atau masyarakat sendiri, dalam
mengenal keunggulan yang dihasilkan teknologi tersebut.
Hal itu pun, diutarakan juga
oleh Bargiana selaku area manager PT. Surya Primatama Motor selaku main dealer
Bajaj daerah Jawa Barat. “kekhawatiran yang dirasakan konsumen mengenai
injeksi, kalau rusak biaya mahal. Kalau ada kendala, harus ke bengkel resmi.
Sedangkan ke bengkel biasa belum tentu bisa diperbaiki, dikarenakan
keterbatasan teknologi peralatan”, tandasnya.
Bargiana pun menambahkan.
“padahal, jika dilihat dari keunggulan teknologi ini. pertama, lebih free
maintenance. Kedua, akurasi terhadap kinerja mesin lebih terarah, lebih irit,
bahkan cenderung hemat lingkungan. Ditambah kinerja mesin bisa dikontrol secara
sistematis dengan penggunaan alat ECU”, jelasnya, menanggapi keungulan
teknologi injeksi tersebut.
Tentu masyarakat secara umum pun
belum tahu apa itu injeksi. Selain harga motor injeksi yang dirasa costumer cukup
mahal di kelasnya (untuk kelas bebek/underbone). “ Teknologi baru yang
diterapkan pada unit motor. Tentu, membutuhkan cost besar. Sudah pasti, harganya pun akan berbeda”. Ungkap Indra
Tjahjadi selaku Sales Area Manager PT. Sanggar Mas Jaya (SMJ), Main Dealer
sepeda motor Suzuki Jawa Barat.
Sebenarnya teknologi ini sangat
bagus. Selain setelannya lebih stabil (tidak seperti karburator yang butuh di
tune-up secara berkala), campurannya juga relatif homogen dan stabil.
Dampaknya, kinerja mesin motor akan lebih irit, responsif dan bertenaga. Namun,
harganya yang dianggap lebih mahal, membuat masyarakat sedikit enggan untuk
memilih motor injeksi.
“sistem
elektroniknya sendiri, diipadukan dengan penggunaan elektronik modern. Dengan sistematis
kerja sensor dalam memonitor kondisi mesin, sistem elektronik ini dinamakan, unit
control elektronik (electronic control
unit, ECU) yang berfungsi secara automatis untuk menghitung jumlah bahan
bakar yang diperlukan pada ruang bakar. Oleh karena itu, sistem injeksi dapat
meningkatkan efisiensi bahan bakar, kerja mesin jauh lebih efisien, mengurangi
polusi dan juga memberikan tenaga yang lebih optimal”. Celoteh, Bargiana
menjelaskan. Ujungnya, perawatan pun menjadi lebih mudah.
Dengan
sistem injeksi yang dikontrol secara elektronik. Mesin mampu beradaptasi untuk
bekerja secara efisien dan efektif sesuai dengan kondisi lingkungan. Misalnya berdasarkan
perubahan suhu, kelembaban udara, ketinggian tempat, beban mesin atau
kendaraan, kecepatan, jenis bahan bakar dan sebagainya. Dengan dilengkapi alat
pengindera atau sensor-sensor plus saklar, yang selanjutnya terintegrasi ke dalam
otak mesin melalui sistem elektronik (ECU) ini.
Penjelasan
di atas, sudah jelas bisa bikes ambil kesimpulan. Seperti apa dan bagaimana
keunggulan teknologi tersebut. Namun, terlepas dari itu semua. Kekhawatiran
masyarakat terhadap pemahaman teknologi injeksi, Tetap saja diliputi berbagai
polemik dan argumen yang berbeda-beda pula. Dimulai dari anggapan bahwa injeksi
sangat rentan rusak, perawatannya susah. Bahkan cenderung, berkata tidak
praktis.
Well, meski diprediksi
oleh berbagai kalangan pecinta dan pelaku otomotif. Bahwa dimulai tahun-tahun
mendatang. Tiap pabrikan akan mulai banyak menelurkan unit, yang dibekali
teknologi injeksi. Tentu saja. Hal itu pun diamini oleh Yurry Pribadi, selaku
Promotion Yamaha area Jawa Barat. “ dua sampai empat tahun kedepan. Semua motor Yamaha akan memakai teknologi
fuel Injeksi”, tandasnya.
Lantas,
bagaimana asumsi masyarakat Indonesia menyikapi teknologi tersebut sekarang ini.
Selain harganya mahal, ditunjang dengan susahnya perbaikan ketika rusak. hal
itu Jelas, masih menjadi momok bagi masyarakat. Meski, ada sebagian orang yang sadar
tentang keunggulan injeksi tersebut.
Berbuntut asumsi “like or dislike” mengenai keunggulan teknologi tersebut.
Ditunjang, dengan pemahaman product
knowledge yang digemborkan oleh tiap pabrikan. Tentu saja hal itu, kembali
lagi pada pemikiran dan pilihan bikes. Mau pilih mana?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar